Thursday, February 14, 2008


KERABU PUCUK PAKU + ASAM LAKSA PENANG + KENANGAN MASA KECIL MAMA
Deeeuuuu ... pamer masakan baru neh ceritanya! Iya euy,.. masak nasi lemak terus sih yang dipamerin,...hehehe mama sebetulnya hanya penasaran aja. Akhir tahun lalu kita pernah makan di salah satu restoran di Suria KLCC. Udah lama mama penasaran sama yang namanya laksa. Yang mama tahu di Indoensia laksa adalah makanan khas Palembang, sementara gulai paku adalah makanan khas Sumatera Barat. Tapi yang ini kayaknya lain...

Begitu coba, mama jadi tambah penasaran sama rasa salah satu rempah yang sepertinya baru kali itu mama cicipi. Saking penasarannya sampai kemimpi-mimpi hehehehe. Setiap kali ke pasar mama perhatikan ada kuntum warna merah jambu yang kayaknya berwarna mirip dengan irisan yang ditabur di atas asam laksa dan kerabu pucuk paku yang mama coba waktu itu. Tanya sana-sini dan cari infonya di internet, baru tahu namanya Bunga Kantan atau bunga lengkuas! Oooo...

Mumpung ada Oma yang bisa nemenin Kira-Ziya main sementara mama berkutat sama panci dan kuali di dapur, ya sudah, mama pede aja bikin sendiri. Resepnya? Ya belajar otodidak aja comot sana-sini, cicip sana-sini, feeling so good seperti biasaaaaaa...you know laaaaahhh...

Ini dia hasilnya. Setelah jungkir balik di dapur hampir setengah harian, jadi juga pas papa pulang kantor! Nah, niatnya ya memang ngasih kejutan buat papa meskipun mama tahu papa nggak terlalu suka wangi bumbu mencolok seperti daun kemangi, bunga kantan, daun ketumbar (padahal mama justru seneng wangi ketiga daun itu --plus daun poh-pohan, kenikir dan lalap-lalapan en de geng deh ---yang kata sebagian orang langu, terlalu kuat, terlalu menyengat.... ya namanya juga selera, menurut mama wanginya malah unik dan khas hehehehe)










Nah, beda kan sama gulai paku-nya orang Padang yang sering Oma bikin pas mama kecil dulu? Mama belajar menyiang dan mencucinya juga dari Oma nih, soalnya daun pakis atau pucuk paku punya tekstur meliuk-liuk jadi perlu teliti dibilas bersih. Selain itu batangnya mengandung lendir. Jadi nyucinya bukan setelah dipotong-potong tapi justru sebelum dipotong-potong, sehingga lendirnya nggak malah tambah banyak karena kena air.Tapi nggak tahu juga ya, orang Malaysia gimana nyiangnya, mungkin punya cara tersendiri juga, nanti mama tanya sama teacher atau cikgu-nya Kira-Ziya deh soal ini.

Di semua resep yang mama temukan di internet, nggak ada satupun yang taburan akhirnya pakai bunga kantan. Lho, kok mama malah pakai? Soalnya itu yang mama rasakan waktu makan di restoran dulu. Ada taburan iris tipis warna pink yang wanginya unik dan tajam di atas pucuk paku.
Makasih ya, Papa udah mau nyoba meski nggak terlalu suka wangi bunga kantannya. Begitu Oma yang coba, komentarnya seru juga

"Oooo... ini yang namanya kerabu pucuk paku tho? Kalau di Padang mah namanya "anyang", 'In.."

"Anyang? Maksud mama urap? Ya beda dong,...Urap kan kelapanya di kukus langsung campur bumbu-nya plus kencur-daun salam, sedang yang ini kelapanya disangrai sampai hampir kering, baru dicampur dengan sambel terasi-cabe-bawang dan tanpa kencur-daun salam, 'ma!"

"Lha iya,.. urap masakan Padang kan memang disangrai kelapanya...?"

"Oo.. hehehe... gitu ya? Iin malah baru ngeh,...". Jadi yang mama bikin selama ini biasanya urap masakan Jawa kali ;-) .. wah, Indonesia memang kaya budaya ya, untuk satu judul masakan aja teknik masaknya bisa beda-beda.

"Enak! Seger. Ternyata iin suka wangi bunga kantan ya? Mama baru sadar. Kalau Oma Padang makan, pasti seneng banget nih. Dan kalau Uci alm. ada di sini, pasti Uci akan bilang 'Ondeh.... Uci lah taragak bana jo anyang ko ma....' (aduh, Uci udah kangen banget makan anyang begini...). Mama kakak beradik (11 orang) dulu nggak ada yang bener-bener suka kalau Oma Padang bikin gulai dengan bunga kantan karena wanginya kuat sekali. Ternyata turun ke iin sekarang,.. iin malah suka ya sama wanginya,.. udah lama banget mama nggak makan masakan dengan bunga kantan lho,.." Oma menerawang sambil tersenyum. Mungkin teringat pada Oma Padang dan kenangan masa kecil dulu.

Duh, mama jadi terharu. Oma Padang adalah mama-nya Oma Kira-Ziya artinya neneknya mama. Sekarang tinggal di Bandung. Uci adalah mamanya Oma Padang, berarti mama adalah buyutnya. Dulu sekali, terakhir ketemu ketika mama kelas 1 SD. Sudah sangat sepuh, tapi masih selalu ingin berwudhu ke kamar mandi meski harus dibopong susah payah sampai akhir hayatnya dan menurut Oma, Uci hafal Al-Qur'an meski matanya sudah nggak jelas melihat dan selalu bisa tahu apa tajwid atau mahroj huruf yang salah kalau mendengar kita mengaji di dekatnya. Subhanallah.

Kalau Oma Padang ke Malaysia mengunjungi kita, insyaallah mama buatkan kerabu pucuk paku dengan taburan bunga kantan... terakhir ketemu Oma Padang ketika Kira-Ziya baru lahir tahun 2005. Karena mama adalah cucu pertama di keluarga Oma Padang, maka Kira-Ziya adalah buyut pertama di keluarga besar kita. Hmm... mama kok jadi kangen juga sama alm. Opa Padang ya,..Orang yang sangat tangguh dan disiplin. Selalu menasihatkan kejujuran. Mama ingat ketika dulu kita masih tinggal di Bandung, Opa datang mengunjungi kita dan bilang ke mama yang masih SD bahwa kita harus jadi orang yang tahan banting, harus bisa survive di manapun, kapanpun dan bagaimanapun keadaannya. Maklum, Opa Padang kan tentara, jadi didikannya memang tegas dan keras. Setiap hari pasti Opa mencari kesibukan. Kalau nggak jalan pagi, ya berkebun. Opa Padang juga jago masak (seperti Opa Kira-Ziya juga!). Wah,..mama jadi ngelantur.

Sekalian deh, cerita soal Opa dan Oma Bukittinggi ya, kakek dan nenek mama dari Opa Kira-Ziya. Meski hanya sesekali bertemu ketika kecil dulu (waktu itu mama masih tinggal di Ujung Pandang), lekat dalam ingatan mama, Opa Bukittinggi adalah seorang yang kreatif dan disiplin juga. Seorang pelukis. Bakat ini yang turun ke Opa Kira-Ziya dan mimi Nila. Dulu Opa Bukittinggi pernah menyulap kulit jeruk bali menjadi mobil dan kereta untuk dimainkan oleh mama dan mimi Nila. Bukan itu saja selain ahli dalam bidang perlistrikan, Opa Bukittinggi juga ahli membuat perabot rumah lho. Kalau inget Opa Bukittinggi, mama jadi inget sawah, karena menurut ceritanya dulu Opa bertani. Mungkin itu juga salah satu alasan kenapa mama sangat suka melihat sawah ya. Mama suka suasana damainya, warna hijaunya, warna kuning batang dan bulir padi yang merunduk ke tanah, dangau kayu beratap jerami yang sering ada ditengahnya, orang-orangan sawah, juga burung-burung. Ketika pernah bertugas ke luar kota (waktu masih ngantor dulu), mama pernah menyempatkan diri turun di pinggir sawah, hanya untuk berdiri di pematangnya, memandang sekeliling, menghirup udara segar dan membiarkan angin bermain-main di helai rambut. Rasanya ringan dan rileks.

Tentang Oma Bukittinggi, terakhir kali mama sekeluarga pulang kampung beberapa tahun lalu, sebelum pamit pulang ke Jakarta mama mencium tangan Oma sambil bersimpuh di pangkuannya. Lalu sambil mencium pipi mama, Oma Bukittinggi berbisik, "..carilah pendamping yang menyayangi kita. carilah orang yang sabar ya, 'In...". Mama nggak tahu kenapa Oma alm. menyampaikan hal itu. Tapi mungkin berkat doa Oma juga salah satunya ya, mama ketemu papa beberapa tahun kemudian, sosok yang smart, gentle, sabar dan terbuka. Papa Kira-Ziya adalah orang yang punya planning dan tujuan. Bersama papa, mama merasa teduh karena kita punya satu pegangan dan pedoman yang sama, satu visi dan satu misi dalam berkeluarga. Itu yang dulu bikin mama yakin dan berani melangkah ke depan. Hehehe... nostalgia abis neh jadinya...

Anyway, mama lanjut lagi deh ya, kemarin mama bikin satu lagi masakan yang pakai bunga kantan yaitu Asam Laksa. Mungkin juga sering disebut Laksa Penang. Hmmm.... membayangkan kuahnya yang asam dan pedas (nah ini juga jangan dibayangkan seperti sampadeh-nya orang Padang ya hehehe) dengan aroma khas bunga kantan bikin mama juga penasaran membuatnya sendiri. Laksa ini nggak pakai santan, tapi suir-suir ikan kembung yang udah direbus terlebih dahulu, cili padi dan cili kering, daun kesum, bunga kantan, serai, lengkuas dan garam-gula secukup rasa. Jadi deh kemarin malam sepulang kantor papa makan asam laksa. Eh,.. ludes!

"Mmmmmm... segerrrrrr, 'Ma!" Waaaaaa.. mama seneng banget karena papa menghabiskan semangkuk laksa sampai ke kuah-kuahnya sekalian! Jarang-jarang lho papa makan sampai kering gitu kuah di piringnya !

Udah lupa sama aroma bunga kantan-nya ya, pa? hehehehe...Alhamdulillah, mama paling seneng kalau lihat papa-Kira-Ziya makan lahap, sampai keringetan, sampai nambah-nambah dan sampai habis ludes des des...

Habis ini belajar bikin apa lagi yaaaa... papa ada request? Kira? Ziya? I love you all so much!

1 comment:

Fatih Najwa said...

bunga kantan kalo orang sunda bilang kembang honje, ndah.. kalo indonesianya kecombrang kali ya.. disini untuk campuran laksa biasanya. udah coba laksa kelantan? gurih...

Bunga-Bunga Cantik Sepanjang Liburan Masih ingat ya, dengan cerita mama tentang bunga-bunga cantik di sini Nah, ini beberapa pohon d...