Friday, April 30, 2010

PADI


Ada yang selalu mama nikmati setiap kali mengantar-jemput para bidadari dari sekolah: hamparan padi.

Saat pertamakali menginjakkan kaki di Surabaya, sawah-sawah di sisi jalan tol dan kawasan perumahan itu baru ditanami. Beberapa bulan kemudian menjelma permadani hijau muda, lalu kuning emas dan akhirnya tunduk oleh bulir-bulir padi yang menjuntai ke tanah sebelum dipanen. Saat ini proses itu berulang kembali. Setiap hari mama amati bapak dan ibu tani membajak petak-petak sawah dengan kerbau maupun mesin khusus lalu menanaminya kembali. Mama nggak sabar menunggunya jelma permadani tebal dan rapat yang sungguh cantik ketika ditimpa sinar matahari pagi, Subhanallah.

Ah, mama jadi ingat hamparan sawah di sepanjang jalan tol menuju rumah Opa dan Oma di Jakarta. Sawah-sawah itu mama lewati setiap hari bolak-balik pagi dan sore, sejak SMP, SMA, kuliah, bekerja hingga menikah. Sawah-sawah itu juga yang kemudian mama rindu-rindukan ketika kita sekeluarga harus pindah ke Kuala Lumpur tiga tahun yang lalu. Ketika banjir besar pernah melanda Jakarta, hati mama ikut hancur menyaksikan permadani hijau itu berubah coklat dan rata oleh air hingga ke atap dangau. Sesudah surut, dangau itu lenyap. Mama pernah menulis puisi tentangnya di sini.

Pernah saat masih bekerja kantoran dulu dan mendapat tugas ke Yogyakarta, mama berhenti di sebuah wilayah, hanya untuk jalan sedikit di pematang sawah, merentangkan tangan lebar-lebar dan menikmati angin yang berhembus lembut. Nikmatnya... (entah apa yang ada di benak supir taksi, para petani, burung-burung dan orang-orangan sawah waktu itu ya.. hahaha!)

Saat pernah bertugas ke Bandung dengan kereta api Parahyangan (Oh,.. sweet memory bangeett euy!), dari jendela kereta mama menikmati permadani hijau sangat luas dengan sebuah dangau nun jauh sekali yang nyaris lenyap di balik kabut. Saat itu mama tiba-tiba ingin mengabadikannya ke dalam kertas dan cat air.

Dibelakang rumah alm. Uci dan Babak kalian (Opa dan Oma mama) di Bukittinggi, ketika pulang kampung sekitar duapuluh tahun yang lalu, mama pernah juga berkunjung ke beberapa petak sawah yang nyaris habis digusur pembangunan kota .

Tahukah, Nak, mengamati hamparan padi, mama menikmati banyak hal selain permadai hijau itu. Ada dangau kecil di tengah sawah tempat bapak dan ibu tani mengaso, ada segerombol burung yang terbang naik-turun dan hinggap takut-takut di pematang-pematangnya, ada orang-orangan sawah yang sesekali menari ke kanan-ke kiri di tiup angin, juga ada serangkaian kain perca warna-warni, botol-botol air mineral, lembaran plastik dan kardus, bahkan keping-keping compact disc yang bergelantungan di tali yang terhubung ke tiang-tiang kayu dan melenggak-lenggok saat digoyangkan secara berkala oleh bapak dan ibu tani demi mengusir burung-burung dan binatang pengganggu. Kalau beruntung, mama bisa menikmati kabut yang turun rendah seperti selimut tipis di atas hamparan batang padi itu!

Begitulah, kembali ke tanah air akhir tahun yang lalu, memudahkan mama dan papa mengenalkan begitu banyak hal kepada Kira dan Ziya, termasuk mengenalkan sawah, scarecrow dan teman-temannya, yang selama ini hanya didengar lewat dongeng dari buku-buku koleksi kita. Alhamdulillah...

Beberapa kali mama sempatkan turun dari taksi dan berjalan sedikit menuju tepi sawah di daerah Jambangan. Ini dia beberapa foto yang sempat mama abadikan. Selamat menikmati.. :-)

2 comments:

unil said...

hehehehe...ayo maen ke Jakarta! :)
ntar mimi bawa liat-liat sawah deh...

Vidya said...

kereta api parahyangan-nya dah ga ada lagi neh, ga bisa liat sawah lewat jendela kereta :-)

Bunga-Bunga Cantik Sepanjang Liburan Masih ingat ya, dengan cerita mama tentang bunga-bunga cantik di sini Nah, ini beberapa pohon d...